Selasa, 08 November 2011

Tugas

TUGAS TEORI SASTRA













Nama                    Much Amsory
Npm                     200821500221




UNIVERSITAS INDRA PRASTA PGRI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
TAHUN 2008



PENDAHULUAN
Pengertian
Teori Sastra adalah Teori sastra ialah cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang prinsip-prinsip, hukum, kategori, kriteria karya sastra yang membedakannya dengan yang bukan sastra. Secara umum yang dimaksud dengan teori adalah suatu sistem ilmiah atau pengetahuan sistematik yang menerapkan pola pengaturan hubungan antara gejala-gejala yang diamati. Teori berisi konsep/ uraian tentang hukum-hukum umum suatu objek ilmu pengetahuan dari suatu titik pandang tertentu.
·         Suatu teori dapat dideduksi secara logis dan dicek kebenarannya(diverifikasi) atau dibantah kesahihannya pada objek atau gejala-gejala yang diamati tersebut.
Sejarah Teori Sastra
·         Ilmu sastra sudah merupakan ilmu yang cukup tua usianya. Ilmu ini sudah berawal pada abad ke-3 SM, yaitu pada saat Aristoteles ( 384-322 SM) menulis bukunya yang berjudul Poetica yang memuat tentang teori drama tragedi. Istilah poetica sebagai teori ilmu sastra, lambat laun digunakan dengan beberapa istilah lain oleh para teoretikus sastra seperti The Study of Literatur, oleh W.H. Hudson, Theory of Literatur Rene Wellek dan Austin Warren, Literary Scholarship Andre Lafavere, serta Literary Knowledge (ilmu sastra) oleh A. Teeuw.
·         Ilmu sastra meliputi ilmu teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra. Ketiga disiplin ilmu tersebut saling terkait dalam pengkajian karya sastra. Dalam perkembangan ilmu sastra, pernah timbul teori yang memisahkan antara ketiga disiplin ilmu tersebut. Khususnya bagi sejarah sastra dikatakan bahwa pengkajian sejarah sastra bersifat objektif sedangkan kritik sastra bersifat subjektif. Di samping itu, pengkajian sejarah sastra menggunakan pendekatan kesewaktuan, sejarah sastra hanya dapat didekati dengan penilaian atau kriteria yang pada zaman itu. Bahkan dikatakan tidak terdapat kesinambungan karya sastra suatu periode dengan periode berikutnya karena dia mewakili masa tertentu. Walaupun teori ini mendapat kritikan yang cukup kuat dari teoretikus sejarah sastra, namun pendekatan ini sempat berkembang dari Jerman ke Inggris dan Amerika. Namun demikian, dalam prakteknya, pada waktu seseorang melakukan pengkajian karya sastra, antara ketiga disiplin ilmu tersebut saling terkait.
Tujuan Makalah
·         Dalam kehidupan keseharian pula, pada umumnya orang menyukai sastra. Kata-kata mutiara, ungkapan-ungkapan yang bersifat persuasif yang merupakan salah satu ciri khas keindahan bahasa sastra sering kali digunakan orang dalam situasi berkomunikasi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan orang ke arah bersastra.
·         Untuk memahami dan menikmati karya sastra diperlukan pemahaman tentang teori sastra. Teori sastra menjelaskan kepada kita tentang konsep sastra sebagai salah satu disiplin ilmu humaniora yang akan mengantarkan kita ke arah pemahaman dan penikmatan fenomena yang terkandung di dalamnya. Dengan mempelajari teori sastra, kita akan memahami fenomena kehidupan manusia yang tertuang di dalam teori sastra. Sebaliknya juga, dengan memahami fenomena kehidupan manusia dalam teori sastra kita akan memahami pula teori sastra.
·         Makalah Teori Sastra ini merupakan pengantar bagi Anda dalam mempelajari sastra lebih lanjut, seperti mata kuliah apresiasi dan kajian sastra dengan segala ruang lingkupnya yang akan mengantarkan Anda ke arah pemahaman, penikmatan, dan penghayatan terhadap karya sastra. Melalui makalahl ini, secara umum diharapkan Anda dapat memahami hakikat sastra dengan ruang lingkupnya sebagai bekal Anda dalam mempelajari apresiasi dan kajian sastra. Untuk mencapai tujuan tersebut





PEMBAHASAN
1.       Awal Mula Kesusastraan
2.        Masalah Definisi Sastra
3.       Pengertian dan Ruang Lingkup Teori Sastra
4.       Klasifikasi
Awal Mula Kesusastraan
·         Setiap orang pada setiap zaman dan setiap tempat dapat bersastra secara aktif dan pasif (Mangunwijaya, 1986:3)
·         Seni sebagai media ekspresi pengalaman estetik manusia berhadapan dengan alam sebagai penjelmaan keindahan (Driyarkara, 1980:7)
·         Ekspresi pengalaman keindahan itu menenteramkan dan menggembirakan manusia, karena di dalamnya manusia mengenali hubungan yang akrab dan hangat antara dirinya dengan sumber atau asas segala sesuatu yang menarik, mengikat memikat, dan memanggil manusia kepada-Nya (Mudji Sutrisno, 1993:31)
·         Sastra berkaitan erat dengan spiritual oleh karena itu, pada awal mula, segala sastra adalah religius (Mangunwijaya, 1988:11)

Masalah Definisi Sastra
·         Dalam bahasa-bahasa “Barat”, istilah sastra secara etimologis diturunkan dari bahasa Latin literature (littera = huruf atau karya tulis). Istilah itu dipakai untuk menyebut tatabahasa dan puisi. Istilah Inggris Literature, istilah Jerman Literatur, dan istilah Perancis litterature berarti segala macam pemakaian bahasa dalam bentuk tertulis.
·         Dalam bahasa Indonesia, kata 'sastra' diturunkan dari bahasa Sansekerta (Sas- artinya mengajar, memberi petunjuk atau instruksi, mengarahkan; akhiran -tra biasanya menunjukkan alat atau sarana) yang artinya alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran. Misalnya: silpasastra (buku petunjuk arsitektur), kamasastra (buku petunjuk mengenai seni cinta
·         Istilah 'sastra' (yang di Eropa baru muncul sekitar abad ke-18 itu) pertama-tama digunakan untuk menyebut pemakaian bahasa dalam bentuk tertulis. Bagaimana dengan 'sastra lisan’ tidak termasuk sastra? Apakah semua bentuk tulisan (kedokteran, arsitektur, agama, filsafat, dan politik) juga dapat disebut sastra?
·         Ada upaya lain telah dilakukan untuk menghindari kerancuan pengertian tentang sastra. Dalam bahasa Perancis, dipergunakanlah istilah belles-lettres (yang berarti: tulisan yang indah dan sopan) sebagai istilah yang khas untuk menyebut karya sastra yang bernilai estetik. Dalam bahasa Indonesia, ada teoretisi yang menyebut awalan su dalam kata susastra yang berarti: baik, indah, perlu dikenakan kepada karya-karya sastra untuk membedakannya dari bentuk pemakaian bahasa lainnya .
·         Persoalannya adalah tidak semua karya sastra (terutama terlihat pada seni-seni modern) menggunakan bahasa yang indah dan berbunga-bunga. Foucault menyebutkan bahwa sastra modern lahir dan bertumbuh di dalam kemapanan bahasa dan kungkungan pola-pola linguistik yang kak

Alasan Mengapa Definisi Sastra Tidak Memuaskan
·         Orang ingin mendefinisikan terlalu banyak sekaligus, tanpa membedakan definisi deskriptif (yang menerangkan apakah sastra itu) dari definisi evaluatif (yang menilai sesuatu teks termasuk sastra atau tidak);
·         Sering orang ingin mencari sebuah definisi ontologis yang normatif mengenai sastra (yakni definisi yang mengungkapkan hakikat sebuah karya sastra). Definisi semacam ini cenderung mengabaikan fakta bahwa karya tertentu bagi sebagian orang merupakan sastra tetapi bagi orang lain bukan sastra;
·         Orang cenderung mendefinisikan sastra menurut standar sastra Barat; dan
Definisi yang cukup memuaskan hanya berkaitan dengan jenis sastra tertentu (misalnya puisi) tetapi tidak relevan diterapkan pada sastra pada umumnya (Luxemburg, 1986:3-13)
Menurut Rene  dan Austin Warren
Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sederetan karya seni. Sedangkan teori sastra, kritik sastra dan sejarah sastra merupakan cabang ilmu sastra. Teori sastra adalah studi prinsip, kategori, dan kriteria yang dapat diacu dan dijadikan titik tolak dalam telaah di bidang sastra. Sedangkan studi terhadap karya-karya konkret disebut kritik sastra dan sejarah sastra. Ketiga bidang ilmu ini saling memengaruhi dan berkaitan secara erat. "Tidak mungkin kita menyusun: teori sastra tanpa kritik sastra dan teori sastra; kritik sastra tanpa teori sastra dan sejarah sastra" (Wellek & Warren, 1993:39).
Dan Jan van Luxemburg, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn
Ilmu Sastra adalah ilmu yang mempelajari teks-teks sastra secara sistematis sesuai dengan fungsinya di dalam masyarakat. Tugas ilmu sastra adalah meneliti dan merumuskan sastra (sifat-sifat atau ciri-ciri khas kesastraan dan fungsi sastra dalam masyarakat) secara umum dan sistematis. Teori Sastra merumuskan kaidah-kaidah dan konvensi-konvensi kesusastraan umum. Kegunaan Ilmu Sastra adalah membantu kita untuk mengerti teks itu secara lebih baik sehingga kita lebih tertarik untuk membaca karya-karya sastra.
Andre Lefevere
·         sastra adalah pengetahuan kemanusiaan (existential knowledge) yang sejajar dengan bentuk hidup itu sendiri. Dengan demikian, pertanyaan-pertanyaan terhadap sastra hanya akan terkesan absurd. Sama halnya misalnya dengan pertanyaan mengenai hidup, cinta, kematian, kerinduan. Aspek-aspek ini merupakan hal yang transendental dan sangat sukar diformalkan dalam logika ilmiah dengan bahasa apa pun. Sastra memiliki tempatnya sendiri dalam lingkup yang tidak ilmiah (non-scientific)
·         istilah yang digunakan Literary Knowledge (Pengetahuan Kesusastraan) untuk menghindari kesan scientific Teori Sastra yang menurutnya terlalu berbau akademis
Klasifikasi Teori Sastra
Tanaka
·         mikro
·         makro
Wellek
·         Intrinsik
·         bEkstrinsik
Abrams
·         Objektif
·         Ekspresif
·         Mimetik
·         Pragmatik

Klasifikasi
·         Abrams













·        Pendekatan objektif (yang terutama memperhatikan aspek karya sastra itu sendiri);
·         Pendekatan ekspresif (yang menitikberatkan aspek pengarang atau pencipta karya sastra);
·         Pendekatan mimetik (yang mengutamakan aspek semesta); dan
·         Pendekatan pragmatik (yakni pendekatan yang mengutamakan aspek pembaca)
Teori-Teori Objektif                                                        
1. Strukturalisme
* Struktural Formalis
* Struktural Genetik
*  Struktural Dinamik
2. Semiotik Sastra
3. New Criticism
4. Deconstruksi dan Post-Strukralisme
1. Struktural Formalis
Istilah Formalisme (dari kata Latin forma yang berarti bentuk, wujud) berarti cara pendekatan dalam ilmu dan kritik sastra yang mengesampingkan data biografis, psikologis, ideologis, sosiologis dan mengarahkan perhatian pada bentuk karya sastra itu sendiri. Para Formalis meletakkan perhatiannya pada ciri khas yang membedakan sastra dari ungkapan bahasa lainnya. Istilah Strukturalisme acap kali digunakan pula untuk menyebut model pendekatan ini karena mereka memandang karya sastra sebagai suatu keseluruhan struktur yang utuh dan otonom berdasarkan paradigma struktur kebahasaannya
Pelopor Struktural Formalis
·         Kaum Formalis Rusia tahun 1915-1930 dengan tokoh-tokohnya seperti Roman Jakobson, Rene Wellek, Sjklovsky, Eichenhaum, dan Tynjanov
·         Rene Wellek dan Roman Jakobson beremigrasi ke Amerika Serikat
·         Sumbangan penting kaum formalis bagi ilmu sastra adalah secara prinsip mereka mengarahkan perhatian kita kepada unsur-unsur kesastraan dan fungsi puitik. Sampai sekarang masih banyak dipergunakan istilah teori sastra dan analisis sastra yang berasal dari kaum Formalis
Prinsip Dasar Struktural Formalis
·         Karya sastra merupakan sesuatu yang otonom atau berdiri sendiri
·         Karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun karya sastra
·         Makna sebuah karya sastra hanya dapat diungkapkan atas jalinan atau keterpaduan antar unsur.
2. Struktural Genetik
·         Muncul sebagai wujud ketidakpuasan terhadap teori struktural yang melihat karya sastra sebagai sesuatu yang otonom
·         Pendirinya adalah Taine dan dikembangkan oleh Lucian Goldman di Paris
·         Prinsip Dasarnya: Karya sastra tidak sekedar fakta imajinatif dan pribadi, melainkan juga sebagai cerminan atau rekaman budaya, suatu perwujudan pikiran tertentu pada saat karya diciptakan
Struktur Dinamik
·         Merupakan jembatan penghubung antara teori struktural formalis dan teori semiotik
·         Hampir sama dengan struktural genetik (mengaitkan dengan asal-usul teks) tetapi penekanannya berbeda, Struktural Dinamik menekankan pada struktur, tanda, dan realitas
·         Tokoh-tokohnya : Julia Cristeva dan Roland Bartes (Strukturalisme Prancis)
Deconstruksi dan Post-Strukralisme
"Dekonstruksi" adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut cara membaca sebuah teks (sastra maupun filsafat) yang berdasarkan pada pola pandangan filsafat Jacques Derrida. Derrida sendiri dipengaruhi pandanganl fenomenologi (Heidegger) dan skeptisisme (Nietzche). Pandangan ini menentang klaim strukturalisme yang menganggap sebuah teks mengandung makna yang sah dalam struktur yang utuh di dalam sistem bahasa tertentu. Dekonstruksi disebut juga sebagai Poststructuralism (Pascastrukturalisme) karena membangun teorinya atas dasar konsep-konsep strukturalisme-semiotik Ferdinand de Saussure.
Aliran ini mula-mula dikembangkan di Perancis oleh kelompok penulis Tel Quel dengan tokoh perintis antara lain Jacques Derrida dan Julia Kristeva
TEORI-TEORI MIMETIK
·         memengaruhi teori-teori mengenai seni dan sasPengertian mimesis (Yunani: perwujudan atau peniruan) pertama kali dipergunakan dalam teori-teori tentang seni seperti dikemukakan Plato (428-348) dan Aristoteles (384-322), dan dari abad ke abad sangat tra di Eropa (Van Luxemburg, 1986:15).
SOSIOLOGI SASTRA
·         Konsep sosiologi sastra didasarkan pada dalil bahwa karya sastra ditulis oleh seorang pengarang, dan pengarang merupakan a salient being, makhluk yang mengalami sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Dengan demikian, sastra juga dibentuk oleh masyarakatnya, sastra berada dalam jaringan sistem dan nilai dalam masyarakatnya. Dari kesadaran ini muncul pemahaman bahwa sastra memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya; dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra dengan kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensinya (Soemanto, 1993). Konsep dasar sosiologi sastra sebenarnya sudah dikembangkan oleh Plato dan Aristoteles yang mengajukan istilah 'mimesis', yang menyinggung hubungan antara sastra dan masyarakat sebagai 'cermin'.
Teori Sastra Marxis
·         Teori ini berakar pada doktrin Manifesto Komunis (1848) yang diberikan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, khusunya terhadap pernyataan bahwa perkembangan evolusi historis manusia dan institusi-institusinya ditentukan oleh perubahan mendasar dalam produksi ekonomi. Peruhanan itu mengakibatkan perombakan dalam struktur kelas-kelas ekonomi, yang dalam setiap jaman selalu bersaing demi kedudukan sosial ekonomi dan status politik. Kehidupan agama, intelektual, dan kebudayaan setiap jaman -termasuk seni dan kesusastraan - merupakan 'ideologi-ideologi' dan 'suprastruktur-suprastruktur' yang berkaitan secara dialektikal, dan dibentuk atau merupakan akibat dari struktur dan perjuangan kelas dalam jamannya (Abrams, 1981:178).
George Lukacs: Sastra Sebagai Cermin
Sebuah novel tidak hanya mencerminkan 'realitas' tetapi lebih dari itu memberikan kepada kita "sebuah refleksi realitas yang lebih besar, lebih lengkap, lebih hidup, dan lebih dinamik" yang mungkin melampaui pemahaman umum. Sebuah karya sastra tidak hanya mencerminkan fenomena idividual secara tertutup melainkan lebih merupakan sebuah 'proses yang hidup'. Sastra tidak mencerminkan realitas sebagai semacam fotografi, melainkan lebih sebagai suatu bentuk khusus yang mencerminkan realitas. Dengan demikian, sastra dapat mencerminkan realitas secara jujur dan objektif dan dapat juga mencerminkan kesan realitas subjektif  
Teori Neomarxisme
·         Berdasarkan metode berpikir dialektis tersebut, Fredric Jameson mengungkapkan bahwa hakikat suatu karya sastra dapat diketahui dari penelitian tentang latar belakang historisnya. Kita tidak hanya sekedar ingin menangkap nilai-nilai yang sempit pada permukaan (seperti dilakukan kaum New Criticism), melainkan harus dapat menemukan hubungan orisinal antara Subjek dan Objek sesuai dengan kedudukannya (Culler, 1981:12-13). Jadi hasil kritik dialektikal itu bukan hanya sekedar suatu interpretasi sastra, melainkan juga sejarah model interpretasi dan kebutuhan akan suatu model interpretasi yang khusus.


KESIMPULAN
·         Tumbuhnya teori-teori resepsi sastra dipacu juga oleh alam pemikiran filsafat (Fenomenologi) yang berkembang pada masa itu. Pergeseran orientasi kritik sastra, dari pengarang kepada teks, dan dari teks kepada pembaca diilhami oleh pandangan bahwa teks-teks sastra merupakan salah satu gejala yang hanya menjadi aktual jika sudah dibaca dan ditanggapi pembacanya. Teks hanya sebuah pralogik dan logika yang sesungguhnya justru ada pada benak pembacanya.
·         Melalui ketujuh tesisnya, Jauss meletakkan dasar-dasar resepsi sastra dalam kaitannya dengan sejarah estetika penerimaan. Teori resepsi ini pun segera mendapat perhatian berbagai ahli ilmu sastra. Iser mengkhususkan dirinya pada penerimaan dan pencerapan karya sastra oleh pembaca implisit. Culler beranggapan bahwa pemahaman karya sastra sangat ditentukan oleh kompetensi sastra, yakni kemampuan pembaca mewujudkan konvensi-konvensi sastra dalam suatu jenis sastra tertentu.
·         Tumbuhnya teori-teori resepsi sastra dipacu juga oleh alam pemikiran filsafat (Fenomenologi) yang berkembang pada masa itu. Pergeseran orientasi kritik sastra, dari pengarang kepada teks, dan dari teks kepada pembaca diilhami oleh pandangan bahwa teks-teks sastra merupakan salah satu gejala yang hanya menjadi aktual jika sudah dibaca dan ditanggapi pembacanya. Teks hanya sebuah pralogik dan logika yang sesungguhnya justru ada pada benak pembacanya.
·         Melalui ketujuh tesisnya, Jauss meletakkan dasar-dasar resepsi sastra dalam kaitannya dengan sejarah estetika penerimaan. Teori resepsi ini pun segera mendapat perhatian berbagai ahli ilmu sastra. Iser mengkhususkan dirinya pada penerimaan dan pencerapan karya sastra oleh pembaca implisit. Culler beranggapan bahwa pemahaman karya sastra sangat ditentukan oleh kompetensi sastra, yakni kemampuan pembaca mewujudkan konvensi-konvensi sastra dalam suatu jenis sastra tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar