Jakarta 11 Maret 2011
Panasnya matahari yang bersinar tepat di atas kepala, tiupan angin yang berhembuspun tak sanggup untuk mengalahkan udara panas yang saya rasakan siang ini . Berbalut jaket hitam Nike saya berdiri di kolidor halte basway, sesekali saya melihat jam jam yang selalu berputar terasa lambat.”satu lewat lima belas menit”, gerutu dalam hati saya”. Padanganku menyapu semua keadaan kota Pasar Rebo yang padat dengan kendaraan pribadi maupun umum. Bisa dilihat juga di pinggir-pinggir jalanan berdiri ruko-ruko penjual buah dan para penumpang yang berdri menunggu bus dengan wajah kegelisahan yang sama saya rasakan.
Dan pada hari ini aku baru melihat sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Di suasana padatnya bus tepat dihadapan saya seorang wanita berjilbab coklat, hidung mancung , bibir yang merah tanpa ada sedikitpun polesan bedak maupun lipstik di wajah dan bibirnya. Dengan sebuah AL-Quran melekat di kedua tanganya. “masyaallah… cantik banget” itu yang kata keluar pertama dalam hati saya. Ingin sekali aku bisa mendengarkan suaranya, akan tetapi karena berbaur dengan bisingnya suara penumpang dan mesin mobil sehingga aku tidak bisa mendengar jelas suara merdu yang dikeluarkanya. Nah… mulai dari sinilah imajinasiku utuk membuat sebuah tulisan mulai muncul. Ku keluarkan hanpone esia dan akupun mulai mengetik dengan hanpone jadulku.
Sebenernya ingin aku unggah tulisan ini hari itu juga, akan tetepi ini story yang cukup panjang , dan butuh waktu yang tidak sedikit untuk membuat tulisan ini, perlu bebrapa kali untuk mengedit tulisan tiap paragraf, bahkan menentukan diksi yang tepat.
Diksi inilah yang paling saya anggap paling sulit dalam menulis, kadang kurang pas dan kurang enak dibaca.
Seandinya saja banyak wanita yang seperti itu mungkin aku akan lebih mudah untuk mencari pendamping hidup.
Kembali kecerita—
Rasa ingin mengenal yang mengebu-gebu tapi tidak sebanding dengan mental yang saya miliki sehingga aku hanya bisa menatap wajah yang indah penuh dengan pacaran yang hakiki dan keimanan yang sangat lua biasa. Sehinnga mampu menyentuh dan meluluh lantakan hati dan pikiranku. Aku dibuat seaakan tidak ada daya, bersimpuh dilutut karna malu dengan diri sendiri yang sangat kotor ini.
Sapai tepat di di halte UKI harus aku keluar dan itupun beratuntukku melupakan semuanya yang ada di hadapan mataku.
Dan itupun masih saya ingat sampai sekarang , saat saya menulis tulisan ini.